Dreams are like stars,you may never touch them, but if you follow them they will lead you to your destiny • Everybody wants happiness nobody wants pain but you can't have a rainbow without a little rain

Rabu, 11 April 2012

The Lost City part 2 ~ Mesir Kuno

Mesir terletak di Benua Afrika bagian utara. Sebagian besar wilayahnya berupa padang pasir. Di bagian tengah mengalir sungai Nil. Mesir memiliki daerah pertanian yang subur di sepanjang Lembah Nil. Oleh karena itu, seorang ahli sejarah Yunani yang bernama Herodotus memberikan julukan “Mesir merupakan hadiah Sungai Nil”.



Peradaban Mesir Kuno, baru dapat di pelajari setalah ditemukan peninggalan tertulis di kota Rosetta pada abad ke-19. Mengapa demikian? Sebab bukti-bukti sejarah yang berupa bangunan atau benda-benda lainnya belum dapat mengungkap misteri sejarah Mesir Kuno secara jelas. Champoleon (pakar purbakala dari Prancis) adalah salah seorang yang berhasil mengungkap misteri itu. Hal ini terjadi ketika Champoleon, ia menemukan batu bertulis di kota Rosetta, yang kemudian disebut Batu Rosetta. Setelah diadakan penelitian, Champoleon berhasil menemukan kunci tulisan Hierogliph. Akhirnya, sejarah Mesir Kuno dapat diketahui secara jelas.

Penelitian mengenai sejarah Mesir Kuno rupanya tidak berhenti di situ saja. Banyak sarjana Prancis ingin mengkaji sejarah Mesir Kuno berdasarkan tulisan-tulisan Hierogliph. Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka berhasil membuat alat untuk mengetahui isi dari ruangan yang terdapat dalam piramida. Penelitian tersebut membuahkan hasil yang menakjubkan. Ternyata di dalam piramida terdapat ruangan seperti halnya rumah atau istana raja. Hal ini sesuai dengan kepercayaan bangsa Mesir Kuno, bila raja meninggal dunia, dia akan tetap hidup seperti di dunia. Oleh karena itu, jenazahnya diikuti oleh para dayang dan hartanya disertakan sebagai bekal. Bahkan, kendaraannya juga dimasukkan ke dalam piramida.


Wilayah Mesir yang subur adalah di daerah lembah Sungai Nil. Oleh karena itu, sebagian besar penduduknya bertempat tinggal di daerah tersebut. Mereka bercocok tanam dan membuat alat-alat pertanian seperti cangkul, bajak, sabit dan lain-lain. Cara mengolah tanah diusahakan dengan baik, masalah pengairan juga diatur. Mereka juga mulai mengenal ilmu perbintangan untuk mengenal musim. Hasil-hasil pertaniannya adalah gandum, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Gandum merupakan hasil pertanian yang terbesar, sehingga Mesir mendapat julukan “Gudang Gandum Laut Tengah”. Selain bercocok tanam, masyarakat Mesir juga ada yang menjadi pedagang, pengusaha, pekerja, dan budak.
Perdagangan-perdagangan Mesir sudah maju. Mereka telah mengangkut barang-barang dagangan ke berbagai negara dengan kapal-kapal dagang yang dibuat di dalam negeri. Barang-barang dagangan itu, misalnya gandum, hasil kerajinan tangan, kain lena, permadani, minyak wangi, dan kemenyan.
Masyarakat Mesir Kuno dibagi menjadi enam tingkatan:
  • Firaun dan keluarganya, yang hidup mewah.
  • Para bangsawan yang juga hidup mewah.
  • Para pedagang dan pengusaha, yang tinggal di kota-kota dan kehidupannya cukup baik.
  • Para petani, yang tinggal di desa-desa dan kehidupannya kurang baik. Sebagian besar hasil pertaniannya dipungut pajak.
  • Para buruh yang tinggal di kota-kota dalam keadaan miskin.
  • Para budak, adalah kelompok masyarakat yang paling menderita. Mereka bekerja keras tanpa upah untuk Firaun dan para bangsawan.
Perkembangan Kerajaan Mesir kuno bermula dari masyarakat yang menghuni lembah Sungai Nil. Mereka berkembang sendiri tanpa mendapat pengaruh dari bangsa lain. Hal ini dapat terjadi karena wilayah Mesir dikelilingi oleh padang pasir yang luas, dan peradaban Mesir merupakan peradaban yang tertua di bandingkan dengan peradaban negara-negara yang lain. Ini terbukti karena Mesir pada tahun 4000 SM telah mengenal tulisan.

Pusat pemerintahan Mesir Kuno berada di Memphis. Mesir Kuno telah memiliki pemerintahan yang teratur. Mereka juga telah memiliki hukum secara tertulis. Raja-raja Mesir Kuno memiliki gelar Pharao. Pharao berasal dari kata Per-O yang berarti “rumah besar”. Dalam bahasa Arab, Pharao disebut Firaun. Dinasti-dinasti yang menurunkan raja-raja Mesir berikutnya didasarkan pada gelar tersebut.

1. Sistem pemerintahan
Wilayah Mesir Kuno terdiri dari desa-desa dan kota-kota. Setiap desa dikepalai oleh seorang kepala desa. Tugasnya antara lain adalah menarik pajak dari petani yang berupa hasil bumi. Pajak tersebut kemudian diserahkan kepada raja.
Raja Firaun mempunyai kekuasaan mutlak (absolut). Segala kehidupan diatur secara ketat. Dalam bidang agama, Firaun berpengaruh besar, di samping para pendeta. Raja Firaun dianggap sebagai keturunan dari Dewa Matahari (Amon Ra). Raja-raja (Pharao) yang terkenal ialah Menes, Chufu, Menhaure, Sesotris, Thutmosis III, dan Hatshepsut (seorang wanita).

2. Perkembangan pemerintahan
Masa pemerintahan Mesir Kuno dapat dikelompokkan menjadi tiga zaman, yaitu Kerajaan Tua, Kerajaan Tengah, dan Kerajaan Baru.
a. Zaman Kerajaan Tua (3000-2200SM)
Pada masa ini, Raja Menes berhasil menyatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Dia kemudian digantikan oleh Raja Chufu (Chefrean) tahun 2200-2150SM. Setelah itu yang berkuasa adalah Raja Sesotris tahun 2150-2000SM. Pada masa ini, makam raja-raja terbentuk piramida dan didepannya terdapat Sphink.
b. Zaman Kerajaan Tengah (2000-1700SM)
Sekitar tahun 2000-1800SM terjadi perang saudara, yaitu pada masa pemerintahan Raja Hatshepsut. Tahun 1800-1700SM, Kerajaan Mesir Kuno dalam keadaan genting. Pada masa genting inilah, Raja Hatshepsut mengirimkan tentara ekspidisi ke Afrika Timur, sehingga saudagar-saudagar Mesir memperoleh pasaran baru. Kota Karnak yang penuh dengan kuil diperbaiki dan didirikan Obelisk yang besar, Di Derel Bakri dibangun kuil yang indah. Dia juga membuat pemakaman rahasia di gunung pasir (sebelah barat Sungai Nil). Di daerah ini ditemukan ± 60 buah kuburan raja.
c. Zaman Kerajaan Baru (1700-1100SM)
Sekitar tahun 1700 SM, Mesir diserang oleh bangsa Hiksos dari Asia. Sekitar tahun 1600 SM, bangsa Hiksos berhasil diusir dari Mesir. Raja yang terkenal adalah Thutmosis III. Dia berhasil memperluas kekuasaan sampai ke Syiria dan Pulau Kreta. Dia juga memindahkan pusat pemerintahan yang semula di Memphis ke Thebe. Pada masa Ramses II Agung, wilayah Kerajaan Mesir sampai di Palestina, Sisilia, dan Sardinia. Pada masa Ramses III, Mesir menjadi lumpuh. Akibatnya, Kerajaan Mesir tidak mampu menghadapai serangan-serangan dari luar, berikut ini:
  • Pada abad ke-9 SM, Mesir ditundukkan bangsa Assiria.
  • Pada abad ke-6 SM, Mesir ditundukkan bangsa Persia.
  • Pada abad ke-4 SM, Mesir ditundukkan oleh Raja Iskandar Zulkarnaen dari Macedonia (Yunani). Akhirnya, di Mesir ditemukan nama kota Iskandariah Barat (Yunani) dengan kebudayaan Timur (Asia-Afrika). Hal ini disebut Hellenisme (Hellen adalah sebutan bagi orang-orang Yunani).

Kepercayaan Mesir Kuno

Orang Mesir Kuno percaya dan menyembah banyak dewa (polytheisme). Dewa yang terpenting ialah:
- Dewa Amon-Ra, yaitu Dewa Matahari
- Dewa Osiris, yaitu Dewa Langit
- Dewa isis, yaitu Dewa Bumi



Menurut kepercayaan mereka, Sungai Nil adalah anak dari Dewa Osiris dan Dewa Isis, sedangkan Dewa Amon-Ra menurunkan raja-raja di Mesir. Binatang yang dianggap suci adalah apis (lembu jantan), ibis (burung bangau), kucing, dan buaya.
Orang Mesir Kuno juga percaya bahwa roh manusia dapat hidup terus, bila jenazahnya tidak rusak. Oleh karena itu, sebelum dikubur harus dibalsem lebih dahulu. Caranya adalah jenazah bagian dalam yang mudah membusuk dikeluarkan dan dibuang; kemudian diisi dengan ramuan balsem dan disimpan pada tempat khusus. Jenazah yang sudah diawetkan itu disebut mumi.
Mumi raja-raja Mesir disimpan dalam piramida. Di depan piramida biasanya terdapat patung singa berkepala manusia yang disebut Sphink. Ada juga Mumi raja yang disimpan di gunung-gunung, yaitu di daerah sebelah barat Thebe. Daerah tersebut diberi julukan Lembah Raja-raja.

0 komentar:

Posting Komentar